22 Apr 2014

Akherat Dunia Harus Seimbang

Orang dimuliakan karena ilmunya. Memang benar adanya. Orang yang berilmu pastilah mulia. Mulia karena ia dapat menjaga dirinya,dapat membedakan  yang baik dan buruk, serta menjadi rujukan dan panutan bagi orang-orang di sekitarnya. Ia mendapat derajat yang tinggi di mata orang lain karena ilmunya. Semua ilmunya tersebut hakekatnya adalah menambah pengetahuan akan tuhannya, sehingga ia lebih paham siapa yang telah memberinya ilmu. Hal ini akan menambah keimanan seseorang terhadap tuhannya, seperti Firman Allah dalam Kitab-Nya,
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Derajat ilmu memang sangatlah tinggi. karena dengan ilmulah kita dapat mengetahui bahwa kita tak lahir ke dunia tanpa ada yang menciptakan. Ilmu-ilmu tersebut akan mengantarkan kita kepada keyakinan bahwa semua ini diciptakan oleh Sang Maha Kuasa, Yang Maha Pencipta Segala Sesuatu , yaitu Allah Yang Maha Esa. Baginda Nabi SAW pun mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu.
رواه إبن عبد البر) طَلَبُ اْلعِلْمَ فَرِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ



Artinya :
"Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat” (HR. Ibnu Abdil Bari)



Sebagai Umat Nabi Akhir Zaman, Nabi Muhammad SAW tentulah kita harus mengikuti segala apa yang diperintahkannya. Seperti dalam hal menuntu ilmu ini. Beliau mewajibkan menuntut ilmu bagi umatnya karena dengan ilmu umatnya tersebut dapat mengetahui Kebesaran Allah SWT yang telah menciptakannya dari air mani bahwan menciptakan seluruh alam semesta ini untuk kita, para hambanya. Maka, bersyukurlah para hamba Allah.

Namun di sisi lain perintah menuntut ilmu ini sedikit melenceng. Karena banyak orang yang menuntut ilmu tak seimbang. Tak seimbang dalam artian mencari ilmu untuk kehidupan di dunia dan mencari ilmu untuk kehidupan akherat. Banyak orang yang cenderung banyak mencari ilmu alam untuk kehidupannya di dunia dan melupakan mencari ilmu untuk kehidupan di akherat. Sehingga banyak sekali yang tak tahu siapakah Tuhannya. Tuhan yang telah menciptakannya dan yang telah  memberinya ilmu. Orang-orang inilah yang akan rugi dan sengsara pada kehidupan di akherat nanti, walau dalam hidup di dunia mereka sangat bahagia, penuh kenikmatan yang hakekatnya sesaat.

Tetapi tak sedikit juga yang cenderung mengutamakan ilmu syari'at untuk bekal hidup di akherat kelak sampai menafikan ilmu-ilmu alam, yang berguna dan bermanfaat dalam kehidupan di dunia. Orang-orang ini juga tidaklah baik, karena ia hidup di dunia hanya mementingkan diri sendiri untuk kehidupan akherat nanti. Sehingga mereka tak berkontribusi dalam kehidupan umat di dunia. Mereka tak ingat bahwa dia hidup dalam dunia yang juga butuh partisipasinya. Berpartisipasi dalam kemajuan umatnya sehingga tak tertindas umat lain. Apa mereka lupa bahwa di dunia juga dapat menjadi tempat untuk menanamkan saham amal sodaqoh yang hasilnya akan tetap kembali kepadanya walau mereka sudah meninggal.

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayub dan Qutaibah (yakni Ibnu Sa’id) dan Ibnu Hajar, mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Isma’il (dan dia adalah Ibnu Ja’far) dari al-’Ala’i dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :


إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ



“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaatkan, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Hadits tersebut memberitahukan kepada kita bahwa walau kita sudah sudah meninggal, ada tiga perkara yang amalnya tidak akan putus. Pahala amalnya akan mengalir kepada orang yang telah mengamalkannya di dunia. Salah satu dari tiga perkara itu adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmua yang bermanfaat disini bukan hanya tentang ilmu-ilmu syari'at, tetapi juga ilmu-ilmu alam (dunia), seperti meninggalkan ilmu tentang pengobatan suatu penyakit, ilmu perhitungan-matematika, ilmu perhitungan bintang-bintang atau falak dan banyak lagi yang lain.

Terlepas dari kedua jenis orang-orang yang berbeda keseimbangan dalam menuntut ilmu, adalah yang ketiga, yaitu mencari ilmu yang seimbang, seimbang dalam ilmu syari'at dan seimbang dalam ilmu kehidupan. Orang-orang inilah yang akan membuat kehidupan di dunia seimbang dan tidak sengsara saat di akheratnya. Ingatlah bahwa Rasulullah pun memerintahkan agar tidak hidup seimbang,

لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ وَلاَ اخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتّى يُصِيْبُ مِنْهُمَاجَمِيْعًا


فَاِنَّ الدَّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى اْلاخِرَةِ وَلَاتَكُوْنُوْا كَلًّ عَلَى النَّاسِ ( رواه ابن عسا كرعن انس

Artinya:
“Bukanlah orang yang paling baik diantara kamu orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain”
Hadist di atas memberikan arti bahwa orang yang paling baik adalah orang yang dapat memadukan ilmu syari'at dan ilmu kehidupan dunia. Orang itu adalah orang yang tetap berkontribusi dalam kehidupan dan kepentingan hidup di dunia serta tetap berkomitmen untuk tetap mencari amal kebaikan untuk hidup di akherat. Bacalah! Bahwa ada sebuah zaman yang sudah terlewatkan, ada masa-masa yang dinamakan "Zaman Keemasan!", Yaitu sebuah zaman di mana kehidupan menjadi sangat makmur dan sejahtera. Bahkan dari segi Ilmu-ilmu pun sangatlah maju.

Pada Zaman Keemasan tersebut ilmu-ilmu sangatlah maju pesat dan bukan hanya ilmu syari'at saja melainkan juga ilmu kehidupan dunia. Karena dalam Zaman tersebut tidak ada pembagian disiplin-disiplin ilmu. Sehingga Gairah untuk menuntut ilmu pun tinggi. Tidak peduli itu ilmu apa karena semua itu sama, belum terbagi dalam beberapa disiplin ilmu. Walau begitu gairah menuntut ilmu tersebut tetap seimbang hasilnya dalam ilmu syari'at dan ilmu kehidupan dunia. Sehingga wajar kalau pada masa-masa itu Islam mencapai masa kejayaan, menorehkan tinta emas sebagai Zaman Keemasan Islam!

Namun lihatlah sekarang, saat ilmu-ilmu tersebut terbagi dalam beberapa disiplin ilmu, Masa-masa keemasan itu telah memudar bahkan mungkin lenyap. Haruskah kita tetap hidup dalam masa-masa yang menunjukan tanda-tanda kembali kepada zaman kegelapan??? Ingatlah! Bahwa diri sendiri yang dapat menentukannya. Jika ingin kembali kepada Zaman Keemasan lagi, maka kita harus tetap bergairah dalam mencari ilmu, tetap semangat dalam mencari ilmu. Jangan lagi terpaku dengan pembagian disiplin-disiplin ilmu. Carilah Ilmu yang seimbang, tidak mengejar salah satu dan meninggalkan yang lain. Ilmu Syari'at dan ilmu kehidupan dunia harus dicari bersamaan. Agar kehidupan kita sekarang dan kehidupan nanti di akherat mudah dan tidak sengsara.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya pembagian disiplin-disiplin ilmu tersebut hakekatnya adalah untuk mempermudah kita dalam mempelajarinya. Ilmu yang satu terfokus dalam kajian ilmu itu. Namun semua itu malah melahirkan sebuah opini salah bahwa ilmu alam/Sains itu adalah ilmu dunia yang tidak akan dibawa ke akherat. Ilmu itu tidak bermanfaat untuk akherat nanti. Memang pendapat mereka tidaklah salah. Karena ilmu alam tak akan di bawa ke akherat. Tetapi jika kita meninggalkan ilmu tentang ilmu kehidupan dunia yang bermanfaat untuk orang yang lain, yang terus dipakai orang-orang sesudah ia meninggal dunia, Maka Ilmu tersebut dapat memberi kita pahala amal dari ilmu kita yang bermanfaat di dunia. Sebagaimana hadist Rasulullah di atas.

Jika mengaku pengikut Rasulullah SAW maka Wajib mengikuti beliau. Apakah benar, mengaku pengikut beliau sedangkan yang mengaku tidak mengikuti sunnah beliau? Ibarat kita mengikuti suatu pemimpin dan taat kepadanya, tetapi kita tak mengikuti perintahnya? Renungkanlah, Banyak yang mengaku pengikut(umat) Rasulullah tetapi tak mengikuti beliau. Banyak yang hanya mengikuti apa yang baik untuk mereka dan tujuannya, dan menafikan atau pura-pura tak tahu perintah Rasulullah yang lain.

Jika kita lihat ke belakang. Melihat kepada peradaban Umat Ilsam dahulu yang berada di Zaman Keemasan Islam, maka yang perlu kita lihat adalah pelajaran apa yang dapat kita ambil bukan berambisi untuk membuat zaman itu kembali. Karena sesuatu di dunia tidak akan terulang kembali walaupun yang ada yang persis terjadi seperti zaman dahulu. Lihatlah bagaimana para Ulama, orang-orang yang berilmu, orang yang mencari ilmu di zaman itu sangat kuat semangat mencari ilmunya, dengan situasi belajar yang kondusif serta tidak adanya pembagian disiplin ilmu yang disalahgunakan oleh sebagian orang untuk tidak menganjurkan mencarinya malahan untuk tidak harus mencarinya.

Di zaman itu segala dan semua ilmu dikaji, baik ilmu syari'at dan ilmu kehidupan. Sehingga berbagai ilmu berkembang pesat bersama tanpa menafikan ilmu yang lain. Jika diibaratkan kendaraan maka roda-rodanya berjalan sejajar, tidak berputar cepat salah satu dan yang satunya berputar lambat. Inilah yang membuat di zaman itu keilmuan menjadi sangat maju dan pesat. Maka ambillah pelajaran itu. Pelajari ilmu Syari'at dan ilmu kehidupan dunia. Carilah dengan tekun dan giat serta seimbang agar dapat berjalan sejajar. Jangan terpengaruh doktrin-doktrin orang yang mengutamakan ilmu satu dan menyingkirkan ilmu lain.




0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com