7 Jul 2013

Sejarah membaca pada zaman Nabi

Membaca, mungkin kata ini belum membumi pada diri kita. Tapi tahukah anda bahwa membaca itu merupakan sebuah kegiatan, sebuah aktivitas yang sangat berguna dan sangat penting. Bayangkan saja dulu saat negara kita masih dalam lembah penjajahan negara kita tidak mengenal membaca sehingga bangsa kita masih tetap berkutat pada cengkeraman penjajah. Berbeda ceritanya pada saat bangsa kita, anak-anak bangsa kita banyak yang mengenyam pendidikan, rasa untuk melepaskan diri dari cengkeraman penjajah pun mulai ada. Kenapa bisa begitu, karena para pendahulu kita itu belajar, serta membaca agar mendapatkan bekal untuk melepaskan diri serta mengusir para penjajah. Dari Situlah mengapa bangsa kita harus membaca dan terus terus untuk membaca.



Ada sebuah kisah pada zaman Nabi Muhammad yang memberitahuakan kepada kita betaba pentingnya membaca. Usai perang Badar, tentara kaum muslimin berhasil menawan 70 orang pihak musuh. Angka ini cukup besar yang dapat dijadikan sebagai strategi untuk menekan Kabilah kafir Quraisy. di sisi lain, kondisi kaum muslimin pada masa itu cukup memprihatinkan. Larena itu, kaum muslimin memiliki 3 pilihan mendesak. Pertama, kaum muslimin butuh dana (harta) untuk memperbaiki kondisi perekonomian merela. Tawanan itu bisa menebus dirinya dengan membayar harta. Kedua, menukarkan antara tawanan muslim (pihak lawan) dengan tawaran musuh (pihak muslim).

Namun Rasululloh SAW. mengambil kebijakan lain
yang terbilang unik, yaitu meminta setiap tawanan perang untuk menebus dirinya dengan mengajarkan membaca dan menulis kepada sepuluh irang muslim. Rupanya, Rosululloh SAW tidak hanya berhenti sampai disitu, beliau juga menugaskan Abdulloh bin Said bin Al-Ash agar mengajarkan baca tulis di kota madinah. Ini merupakan bukti nyata dari Rosululloh SAW yang menegaskan pentingnya membaca.

Tradisi membaca dan menulis pada masa Nabi sangat kental dan mencolok. Para sahabat berlomba mengamalkan perintah membaca yang tidak lain adalah wahyu pertama yang diturunkan kepada agama Islam. Salah satu  di antara mereka adalah Zaid bin Tsabit yang mengungguli para sahabat lain dalam hal membaca dan menulis al-Qur'an. Ia merupakan sahabat Nabi yang paling banyak menulis wahyu, menjadi sekretaris pribadi Nabi Muhammad, serta penerjemah dua bahasa asing, Suryani dan Ibrani.

Selain Zaid bin Tsabit, kita mendapati Abu Hurairoh sebagai sahabat yang paling banyak menghafal hadits Rosululloh, tetapi ia mengaku tidak mampu menandingi Amru bin Ash. Mengapa? Karena Amru bin Ash dapat membaca dan menulis, sementara Abu Hurairoh tidak mampu melakukan keduanya.

Tradisi ini masih terus berlanjut pada masa Khulafaur Rasyidin dan sampai pada masa Daulah Ummaiah dan Daulah Abbasiah sehingga dikatakan pada zaman Islam pada masa ini mencapai puncak keemasan di bidang Ilmu pengetahuan, sebut saja perpustakaan Baitul Hakam di Baghdad, perpustakaan Al-Hakam di Andalus dan lain-lain. Inilah sebuah kejayaan Islam yang bermula daripada membaca.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com